Posts

Showing posts from February, 2016

Habib Muhammad Bin Alwi Bahasyim

Image
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ S eorang figur majezub dari keluarga Bahasyim adalah Habib Muhammad bin Alwi. Di masyarakat Kandangan, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, beliau lebih dikenal sebagai Habib Unjun, karena memiliki hobi memancing ikan. Habib Muhammad masih berkerabat dengan Habib Basirih (Habib Hamid bin Abbas Bahasyim) yakni bersaudara sepupu. Saat memancing, kalau perilaku anehnya datang, Habib Unjun tak lagi menggunakan alat pancing untuk menangkap ikan-ikan. Perahunya cukup dimiringkan dan ikan-ikan itu melompat ke dalam perahunya. Ikan hasil tangkapan ini, oleh Habib Unjun tak dinikmati sendiri tapi dibagi kepada masyarakat dan tetangga-tetangganya. Keanehan lainnya, jika menjalankan perahu walau tanpa mesin, kecepatannya seperti perahu bermesin. Ada lagi cerita, beliau diuji oleh seorang Belanda yang ingin minta bukti kebenaran Islam. Kepada Habib Unjun, si Belanda menanyakan ikan apa yang terdapat di Belanda? Habib Unjun kemudian masuk ke dalam rumah dan

Cerita Singkat Asal Nama Pelaihari (Ibu Kota Kab. Tanah Laut)

Image
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ B anyak yang mempertanyakan kapan nama Pelaihari ini muncul, darimana asalnya dan adakah yang unik sehingga nama Pelaihari tersohor. Sampai saat ini belum ada kejelasan, kapan (tanggal, bulan dan tahun) lahirnya nama Pelaihari. Menurut sejarah Kalimantan Selatan Kota Pelaihari mengalami perkembangan dengan pesat setelah kedatangan Bangsa Belanda dan penduduk kota Banjar. Proses terbentuknya kota Pelaihari dimulai ketika Belanda mulai mengadakan pemekaran daerah kekuasaannya. Dari Banjarmasin melalui Martapura, Belanda membuat jalan raya dari Hulu sungai sampai Muara Uya, yang dimaksudkan untuk mengamankan kegiatan militernya dan memudahkan pengontrolan terhadap penduduk. Belanda membuat kebijakan semua desa yang terletak jauh dari jalan besar dibongkar dan dipindahkan letaknya di tepi jalan besar, sehingga muncullah jenis desa baru yang rumah-rumahnya berbaris berhadapan di sepanjang jalan bukan bertebaran seperti sebelumnya. Pada setiap simp

Wadai (Kue) Bingka Kentang Khas Banjar

Image
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ Bahan: - 200 gr kentang - 5 btr telur -  ½ sdt vanili - 3 sdm gula pasir - 100 ml santan kental dari 1 buah kelapa Cara Membuat: - Kupas kentang, kukus sampai matang. Haluskan - Kocok telur, vanili, dan gula sampai mengembang, masukkan kentang halus dan santan kental aduk sampai rata - Tuang adonan ke dalam cetakan bingka bentuk bunga, yang sudah dipanaskan di atas kompor (sebelumnya alasnya sudah diberi pasir) - Masak dengan api sedang sampai bingka matang. Untuk 6 Orang Tips: Waktu membakar bingka di atas kompor, sebaiknya, atasnya ditutup dengan tutup yang terbuat dari tanah liat yang sudah dipanaskan. Supaya kue cepat matang. Sumber: http://kampungbahari.blogspot.co.id/2012/02/wadai-bingka-kentang-khas-banjarmasin.html (dipetik 25-02-2016 15:18 WITA)

Makam Para Ulama Aulia Habaib Kab. Hulu Sungai Selatan

Image
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ A dapun beberapa nama-nama para makam Ulama Aulia Habaib HSS yang sering di kunjungi. Baik yang mastur maupun di kenal orang banyak sebagai berikut: Allimul Allamah Syekh Haji Ahmad bin Mufti Syeikh Muhammad As`ad bin Syarifah binti Syeikh Muhammad Arsyad Al-Banjary (Kramat Kubah Balimau) Alamat: Desa Balimau Kecamatan Kalumpang- KM.18-Kab.HSS Kalsel Haul setiap 23 Rabiul Awwal. Allimul Allamah Syekh Haji Sa`dudin(HM.Thayib) bin Mufti Syeikh Muhammad As`ad bin Syarifah binti Syeikh Muhammad Arsyad Al-Banjary.(Kramat Kubah Taniran) Alamat : Desa  Taniran Kubah Kec.Angkinang KM.8 Kab.HSS Kalsel Haul setiap 5 Safar. Ad-dai`ilallah Alhabib Hasan bin Hasyim Asseggaf (Kramat Bahsein Asseggaf) Alamat: Desa  Taniran Kubah Kec.Angkinang RT.2-KM.8 Kab.HSS Kalsel Depan Langgar Miftahul Jannah, belakang rumah Bapak Ubik Ad-dai`ilallah Alhabib Abu Bakar bin Hasan bin Hasyim Asseggaf (Kramat Balai Ulin) Alamat : Belakang Mesjid Jannatu

Selamat Kepada Bapak H. Sahbirin Noor dan H. Rudy Resnawan

Image
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ Saya sebagai pemilik blog ini mengucapkan selamat kepada Bapak H. Sahbirin Noor dan H. Rudy Resnawan yang telah dilantik sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Kalimantan Selatan Periode 2016-2021. Semoga Kalimantan Selatan semakin Maju, Religius, Islami dan Berkah selalu. MARI BERSAMA KITA BANGUN BANUA.

Prof. Dr. KH. Ahmad Syarwani Zuhri Al Banjari - Ponpes Syech Muhammad Arsyad Al-Banjari Kaltim

Image
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ P rof. Dr. KH. Ahmad Syarwani Zuhri Al Banjari lahir di Sungai Gampa, Rantau Badauh, Barito Kuala, Kalimantan Selatan, 8 Agustus 1950; umur 65 tahun) adalah seorang ulama dan tokoh Islam Indonesia. Ia merupakan ketua MUI Kota Balikpapan dan pendiri Pondok Pesantren Syech Muhammad Arsyad Al-Banjari Balikpapan.[1] Beliau dilahirkan di Desa Sungai Gampa Marabahan, Keca­matan Rantau Badauh, Kabupaten Ba­rito Kuala, Kalimantan Selatan, kurang lebih 40 km dari Kota Banjarmasin pada 8 Agustus 1950, dari pasangan Haji Zuhri bin Haji Acil dan Hajjah Mar­wiyah binti Haji Khalil. Haji Zuhri adalah seorang petani biasa. Ia lahir dalam lingkungan adat keluarga yang sangat fanatik. Awalnya, Ahmad Syarwani kecil di­masukkan ke sekolah agama Islam ting­kat Ibtidaiyah dan kemudian Tsanawiyah di Madrasah Sulam ‘Ulum di Desa Su­ngai Gampa (1959-1961). Ia diasuh para guru, terutama K.H. Muhammad Marzuki Musthafa, hingga berhasil meneruskan ke tingkat selanjutnya.

Kisah Mbah Mangli dan Abah Guru Sekumpul

Image
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ P ernah suatu ketika Abah Guru kedatangan seorang tamu dari Magelang Jawa Tengah, nama tamu tersebut adalah Kyai Hasan Asykari, biasa di panggil Kyai/Mbah Mangli. Beliau adalah seorang ulama besar, ribuan murid beliau, beliau dikenal sebagai seorang Wali dari Wali-wali Allah, salah satu karomah beliau adalah apabila mengadakan pengajian, beliau tidak pernah menggunakan pengeras suara, namun yang aneh dari ribuan jemaah beliau tak satu pun yang tak mendengar suara beliau. Subhanallah..! Kedatangan Kyai Mangli di sambut Abah Guru dengan hangat, saat itu Kyai Mangli menginap di rumah Abah Guru, Abah Guru pun menyediakan sebuah kamar buat sang Kyai tidur dan beristirahat. Pada waktu malam, Abah melewati kamar yang digunakan Kyai Mangli untuk istirahat, dan pada saat itu pintu kamar itu terbuka. Abah Guru melihat Kyai Mangli tidur di lantai, tidak di kasur/ranjang yang sudah disediakan. Abah Guru sangat menjaga adab beliau kepada seorang kyai