Prof. Dr. KH. Ahmad Syarwani Zuhri Al Banjari - Ponpes Syech Muhammad Arsyad Al-Banjari Kaltim

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
Prof. Dr. KH. Ahmad Syarwani Zuhri Al Banjari lahir di Sungai Gampa, Rantau Badauh, Barito Kuala, Kalimantan Selatan, 8 Agustus 1950; umur 65 tahun) adalah seorang ulama dan tokoh Islam Indonesia. Ia merupakan ketua MUI Kota Balikpapan dan pendiri Pondok Pesantren Syech Muhammad Arsyad Al-Banjari Balikpapan.[1]
Beliau dilahirkan di Desa Sungai Gampa Marabahan, Keca­matan Rantau Badauh, Kabupaten Ba­rito Kuala, Kalimantan Selatan, kurang lebih 40 km dari Kota Banjarmasin pada 8 Agustus 1950, dari pasangan Haji Zuhri bin Haji Acil dan Hajjah Mar­wiyah binti Haji Khalil. Haji Zuhri adalah seorang petani biasa. Ia lahir dalam lingkungan adat keluarga yang sangat fanatik.
Awalnya, Ahmad Syarwani kecil di­masukkan ke sekolah agama Islam ting­kat Ibtidaiyah dan kemudian Tsanawiyah di Madrasah Sulam ‘Ulum di Desa Su­ngai Gampa (1959-1961). Ia diasuh para guru, terutama K.H. Muhammad Marzuki Musthafa, hingga berhasil meneruskan ke tingkat selanjutnya.
Kemudian ia belajar di Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Darussalam Martapura. Ma­suk tahun 1962, lulus tahun 1970. Pada masa itu pondok pesantren ini di bawah asuhan Guru Tuha, yaitu K.H. Abdul Qadir Hasan dan K.H. Anang Sya’rani Arif (muhaddits Kalimantan).
Atas dorongan orang tua dan para guru agama, ia melanjutkan menimba ilmu ke kota Bangil, Pasuruan, Jawa Timur, pada Pondok Pesantren Datuk Kelampian selama tiga tahun (1970-1973), yang diasuh Guru Syarwani Abdan.
Kemudian, atas pengarahan dan do­rongan serta doa restu sang guru ia me­lanjutkan pendidikannya ke luar negeri, Arab Saudi, dan kemudian bermukim di sana. Ia berada di Timur Tengah selama lebih kurang 12 tahun.
Selama di Mekkah Al-Mukarramah, ia sempat menimba ilmu dari tokoh-tokoh Islam dunia, ulama-ulama dan guru-guru besar Al-Haramain: Makkah dan Madinah. Antara lain, Yang Mulia Syaikhuna Sayyid Muhammad Amin Kutbi, Asy-Syaikh Muhadditsul Al-Ha­ramain Hasan bin Muhammad Al-Masysyath (mufti Makkah Al-Mukar­ramah), Asy-Syaikh Al-’Allamah Muham­mad Yasin bin ‘Isa Al Fadani Al-Makki (direktur Madrasah Ad-Diniyah Darul ‘Ulum Makkah Al-Mukarramah), Asy-Syaikh Muhammad Nursayf Rahimahul­lah, Al-Habib Al-’Alim Al-Allamah Abdul Qadir bin Ahmad As-Seggaf (wali quthb, Jeddah), Asy-Syaikh Al-’Arif billah Al-Habib Abu Bakar bin Abdullah Al-Habsyi, Asy-Syaikh Muhadits Al-Haramain Al-Habib Muhammad bin Alwi Al-Maliki Al-Hasani, Asy-Syaikh Isma’il bin Zein Al-Yamani Al-Makki, Al-Habib Al-Muhad­dits Syu’aib Abu Madyan, Asy-Syaikh Al-Faqih Al-’Allamah Zakariyya bin Ab­dullah Billa, Asy-Syaikh Al-Muhaddits Umar Hamdan At-Tunisi.
Sedang di kota Madinah Al-Muna­warrah, ia sempat belajar dan memper­dalam ilmu kepada Asy-Syaikh Al-Hafizh Zakariyya Kandahlawi Al-Madani, Asy-Syaikh Al- ‘Arif billah Muhammad Fahmi Al-Madani, dan Asy-Syaikh Sayyid Mu­ham­mad Al-Muntasir Al-Kattani (Mufassir).
Walau cukup lama di Mekkah dan Ma­dinah, rupanya dahaga ilmunya be­lum terpuaskan. Maka berangkatlah ia ke Syria untuk belajar serta meng­ambil ijazah ilmu-ilmu tafsir dan ilmu-ilmu ha­dits kepada para ulama di sana. Antara lain Al-Hafizh Al-’Alim Allamah Al-Mu­haddits Sayyid Muhammad Badaruddin Al-Husaini Ad-Dimasyqi, Asy-Syaikh Al-Allamah Al-Arif billah Izzuddin Al-Ghaz­nawi, Asy-Syaikh Al-Allamah Al-Mufassir Muhammad Asy-Syami, As-Syaikh Al-’Alim Al-’Allamah Muhammad An-Nabha­ni (pengasuh Madrasah Diniyah An-Nahdlatul Ulum Al-Halabi), As-Syaikh Al-’Alim Al-Allamah Rasyid Rasyad Ad-Dimasyqi.
Dari Syria, ia menuju Irak. Di sana, ia memperdalam ilmu dengan beberapa ulama besar. Antara lain Al-’Allamah Al-Muhaddits Abdul Hay An-Naisyabur, Al-Allamah Mahmud bin Ahmad Al-Bagh­dadi, Asy-Syaikh Al-Arif Billah Muham­mad Bisa Ahmad As-Sayid Ar-Rifa’i, Asy-Syaikh Al-’Allamah Al-Quthb Al-Ghauts Al-Akbar Muhammad Al-Fasi, Sayyid Ahmad bin Muhammad Mahyud­din Al-Husaini.
Setelah menuntut ilmu di Irak, ia me­lanjutkan pengembaraannya ke Negeri Piramida, Mesir, yang cukup terkenal sebagai gudangnya ilmu dan ulama. Di sana, ia memperdalam ilmu kepada para ulama negeri itu, seperti Asy-Syaikh Al-Imam Al-’Arif billah Sayyid Muhammad bin Shaleh Al-Ja’fari (imam mufti Al-Azhar Syarif, Mesir), Asy-Syaikh Al-Alim Al-Allamah Hasanain Muhammad Makh­luf (mufti Mesir), Asy-Syaikh Prof. Dr. Al-Imam Abdul Halim Mahmud (rektor Al-Azhar University, Mesir), Al-’Alim Al-Allamah Syaikh Muhammad Sulaiman bin Muhammad An-Namiri At-Thanthawi (rektor University Jami’ah Muhammiyah Asy-Syafa Thantha).
Kemudian ia ke Maroko. Di sana, ia antara lain belajar kepada Al-Hafizh Al-Muhaddits Sayyid Ahmad bin Shiddiq Al-Ghumari, Al’Alim Al-Allamah Syaikh Abdul Aziz Shiddiq Al-Ghumari, Asy-Syaikh Al-’Allamah Asy-Syarif Muham­mad bin Abbas Al-Fasi Al-Hasani.
Lalu, ia hijrah ke Yaman. Di sana antara lain ia memperdalam ilmu kepada Asy-Syaikh Al-Allamah Al-Faqih Yahya Al-Ahdal, Al-Arif billah Sayyid Abu Madyan, Asy-Syaikh Al-’Allamah Al-Faqih Abdullah Al-La­hiji, Al-Allamah Asy-Syaikh Al-Muhaddits Al-Yamani Ahmad bin Yahya bin Abdul Wasyi.
Ia juga pernah mengambil ijazah dari dua ulama besar negeri Sudan, yaitu Syaikh Ibrahim Ar-Rasyidi As-Sudani dan Syaikh Al-’Allamah Ahmad Jabarti.
Pada tahun 1986 ia kembali ke tanah air, dan langsung menuju kam­pung halaman di Sungai Gampa Mara­bahan, Barito Kuala, Kalimantan Selatan. Atas inisiatif keluarga, ia kemudian membeli rumah di Martapura, yaitu di Jalan Pesayangan Gang Kurnia RT I No. 1.
Beberapa saat ia menempati rumah yang baru dibeli, sambil merasakan nik­matnya barakah berkumpul dengan guru-guru dan ulama-ulama di Marta­pura, seperti K.H. Samman Mulia, K.H. Muhammad Zaini Ghani, K.H. Husin Dahlan, K.H.M. Ramli Radhi, K.H. Badaruddin, K.H. M. Royani.
Namun kemudian beberapa keluar­ga dan kawan seperguruan sekaligus gurunya, K.H. Muhammad Shafwan (Guru Handil), Handil 6 Muara Jawa, sa­ngat mengharapkan supaya ia bisa meng­ajar di Balikpapan, Kali­mantan Timur. Kemudian ia pindah dan menetap di Balikpapan. Pada pertengahan tahun 1987, mulailah dibangun Pondok Pesantren Syech Muhammad Arsyad Al-Banjari.
Pada pertengahan tahun 1987, tanah seluas 30 ha itu dulunya hutan semak belukar dan terletak di Km 19,5 Jalan Raya Balik­papan-Samarinda tersebut kemudian dibuka dan di atasnya didirikan pondok pesantren yang nama lengkapnya Pon­dok Pesantren Syech Muhammad Arsyad Al-Banjari. Pembangunan Pondok Pesantren Syech Muhammad Arsyad Al-Banjari dimulai pada 1987. Perataan tanah pada 1990 dibantu oleh Den Zipur Kodam VI Tanjung Pura. Pada tanggal 13 Maret 1993, diresmikanlah pondok pesantren ini.
Kini di pondok pesantren ini sudah ter­sedia masjid, gedung Ma’had Aly, penginapan santri, perumahan para ustadz, selain rumah untuk pengasuh pon­dok pesantren. Di samping itu juga perpustakaan, puskesmas, kantin, dan lapangan olahraga.

Comments

Popular posts from this blog

Figur K.H. Asmuni (Guru Danau) Amuntai

Makam Para Ulama Aulia Habaib Kab. Hulu Sungai Selatan

Manaqib KH. Anang Sya'rani Arif Al-Banjari