Nasi Astakona Kesultanan Banjar

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
Dari beberapa referensi pustaka diketahui bahwa nasi Astakona berasal dari tradisi Kesultanan Banjar yang disajikan untuk upacara menerima tamu kehormatan, namun pada kurun waktu selanjutnya disajikan dalam acara badadapatan dan perkawinan.
Foto : Pulau Banua Banjar
Nasi Astakona memiliki makna yang penting karena disajikan dalam bedadapatan sebagai simbol keakraban dan lambang penghormatan bagi tetamu. Melalui sajian nasi astakona dimaknai persahabatan dan keakraban semakin terjalin. Malah, menurut refrensi tersebut dikatakan bahwa nasi astakona juga disajikan dalam acara walimah perkawinan sebagai simbol suasana akrab antara kedua mempelai dan keluarganya. Nasi astakona disajikan dengan talam dalam bentuk 3 atau 5 tingkatan ganjil yang bermakna 3 komponen pokok yaitu nasi dari beras atau padi yang tumbuh di tanah, lauk pauk dari ikan yang hidup di air dan buah-buahan yang tinggi di udara yang menggambarkan keterikatan hidup manusia dengan tanah, air dan udara.
Penyajian nasi astakona juga dilengkapi dengan sebuah tempat sirih atau bagi urang banjar disebut penginangan, manisan atau asinan sebagai kudapan yang disukai semua orang serta teh manis juga kopi pahit.
Jadi, nasi astakona bukan berbentuk tumpeng sebagaimana dikenal dalam tradisi ruwatan masyarakat Jawa dan Sunda. Nasi astakona adalah kuliner khas dengan bahan utama nasi (kuning atau putih) dengan lauk pauknya di atas talam kuningan bundar. Pada tingkatan talam pertama di bawah, ada nasi balamak dengan iwak rabuk, telur dadar, ketimun, bawang dan lombok goreng. Kemudian tingkatan talam kedua di tengah berisi nasi kuning dengan sajian udang goreng, telur bumbu rujak, acar manis, sambal goreng daging dengan kentang. Sementara tingkatan talam ketiga pada puncaknya, berisi seekor ayam panggang dan kuahnya serta hiasan timun dan lombok segar.

sumber:  http://www.handilbakti.com/2013/01/nasi-tumpeng-astakona.html (dipetik : 06-12-2016 10:35 WITA)

Comments

Popular posts from this blog

Figur K.H. Asmuni (Guru Danau) Amuntai

Makam Para Ulama Aulia Habaib Kab. Hulu Sungai Selatan

Manaqib KH. Anang Sya'rani Arif Al-Banjari