Pasar Sepeda di Barabai

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
Hari masih pagi di pasar sepeda yang berada di jalan Terminal Lama, Barabai Hulu Sungai Tengah. Ratusan sepeda sudah berjejer di pasar yang selalu ramai pada hari Sabtu itu. Sepeda-sepeda yang dipajang oleh para belantik sepeda tersebut beragam jenis, mulai dari sepeda ontel sampai sepeda merk terbaru.
Menjelang siang, calon pembeli mulai berdatangan. Pasar sepeda Barabai menjadi unik karena berumur tua dan selalu didatangi pembeli-pembeli dari daerah yang jauh. Pembeli-pembeli iitu tidak hanya dari HST, tapi juga dari kabupaten-kabupaten yang lain di Kalsel. Bahkan beberapa pembeli berasal dari Kalteng dan Kaltim.
Suara calon pembeli dan belantik yang tawar menawar bercampur dengan suara bunyi roda sepeda diputar menambah riuh suasana. Beberapa belantik tampak sibuk, ada yang mengelap sepeda pajangannya, ada yang memperbaiki setang dan beberapa terlihat sedang berbincang dengan sesama belantik.
Tidak ada ketetapan harga pasti tiap sepeda yang dijual di pasar sepeda Barabai itu. Tiap belantik mempunyai ketetapan harga masing-masing. Hal ini karena kebanyakan sepeda yang dijual di pasar sepeda itu adalah sepeda bekas. Jadi harganya relatif, tergantung kualitas barang. Kalau barangnya masih bening (bagus) tentu harganya tinggi.
Jika sudah harga sudah disepakati, pembeli dan belantik akan pergi ke Sekretariat Persatuan Pedagang Sepeda. Sekretariat itu berada di tengah pasar sepeda. Di sana akan dibuatkan kwitansi pembelian dengan membayar iuran sebesar Rp5000.
Kepercayaan adalah yang paling utama dalam transaksi di pasar sepeda. Jika orang yang akan menjual sepeda adalah orang yang sudah dikenal dekat dan bisa dipercaya, tanpa kwitansi dan surat keterangan pun para belantik akan berani membeli sepeda itu.
Para belantik juga sangat teliti ketika mau membeli sepeda. saat akan membeli sebuah sepeda biasanya belantik akan memeriksa hampir seluruh bagian sepeda. Mulai dari tempat duduk, setang, pedal, rantai dan roda sampai pelang bawah sepeda. Tak jarang belantik menggunakan senter ketika melakukan pemeriksaan.
Eratnya hubungan antar belantik meredam persaingan yang tidak sehat di pasar sepeda. Tidak jarang seorang belantik membantu penjualan dan menaikkan harga sepeda belantik lain.
Begitulah ekonomi kerakyatan menggeliat. Tanpa toko besar, para belantik itu mencari untung. Hampir tak ada persaingan tidak sehat apalagi saling monopoli untuk mematikan usaha yang lain. Justru sesama belantik itu - tanpa belajar teori ekonomi kerakyatan-, mereka sudah mempraktekkan lewat transaksi atas dasar kepercayaan dan persaingan sesama belantik atas asas kekeluargaan.

sumber: http://zaidinoor.blogdetik.com/2010/11/01/keunikan-pasar-sepeda-barabai/ (20-01-2015 31:32 WITA)

Comments

Popular posts from this blog

Figur K.H. Asmuni (Guru Danau) Amuntai

Makam Para Ulama Aulia Habaib Kab. Hulu Sungai Selatan

Manaqib KH. Anang Sya'rani Arif Al-Banjari