Gumbili Nagara Ubi Raksasa Dari Kalsel

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Jangan heran jika ke Kalimantan Selatan melihat ubi raksasa sebesar kepala kerbau. Itulah gumbili nagara (Ipomoea batatas L), yakni ubi jalar khas Kalimantan Selatan.
Dijuluki ubi raksasa karena gumbili nagara yang sejenis ubi jalar ini ukurannya bisa sebesar semangka, berbentuk lonjong tak beraturan, beratnya bisa mencapai empat sampai tujuh kilogram!
Namun, bukan cuma ukurannya yang istimewa. Gumbili nagara rasanya enak. Jika digoreng, rasanya renyah, empuk, dan kandungan airnya tidak berlebihan. Adapun kandungan tepungnya tinggi dan tahan disimpan selama dua bulan.
Dari sisi ekonomi, gumbili nagara sangat menguntungkan karena masa panennya setiap empat bulan, sedangkan produksinya bisa sekitar 20-60 ton per hektar (ha). Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ubi jalar biasa yang produksinya maksimal 50 ton per hektar.
Uniknya, gumbili nagara ini hanya bisa dibudidayakan di sekitar perairan rawa Sungai Nagara, terutama di Kecamatan Daha Utara, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Provinsi Kalimantan Selatan. Dari 35.247 ha lahan pertanian di Kabupaten Hulu Sungai Selatan, sekitar 9.000 ha di antaranya berada di daerah paling subur Kecamatan Daha Utara. Di kecamatan ini komoditas yang menjadi unggulan adalah gumbili nagara.
Umumnya, gumbili nagara ini digoreng, baik dengan tepung maupun tidak, ataupun direbus. Makanan ini populer di sekitar Nagara, Kandangan, Banjarmasin. Selain populer di masyarakat Kalsel, gumbili nagara juga ”diekspor” hingga ke Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah.
Tidak diperoleh keterangan tentang total produksi gumbili nagara dalam setiap panen. Petani hanya menanam gumbili pada saat musim kemarau ketika kawasan rawa menjadi daratan, bersama tanaman semangka, jagung, dan cabai.
Akhmad Rijali Saidy, pengajar Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat di Banjarbaru, memaparkan berdasarkan penelitiannya ada empat jenis gumbili nagara, yakni gumbili kai lama dan kai baru, gumbili habang, serta terakhir gumbili biru.
Gumbili kai lama dan kai baru warna ubinya putih, sedangkan gumbili habang warna ubinya merah ke kuning-kuningan. Adapun gumbili biru, sesuai namanya, warna ubinya biru ke ungu-unguan.

Comments

Popular posts from this blog

Figur K.H. Asmuni (Guru Danau) Amuntai

Makam Para Ulama Aulia Habaib Kab. Hulu Sungai Selatan

Manaqib KH. Anang Sya'rani Arif Al-Banjari