Cerita Asal Mula Nama Desa Astambul di Kab. Banjar

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Astambul adalah sebuah desa yang merupakan ibukota kecamatan Astambul, kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Desa Astambul berbatasan dengan sebelah selatan desa Pingaran, sebelah utara desa Pasar Jati, sebelah Barat desa Sungai Tuan dan sebelah Timur desa Jati Baru.
Sekarang ini Astambul menjadi dua desa yaitu Astambul Kota dan Astambul Seberang. Penduduknya bermata pencaharian berbagai macam.
Astambul terkenal dengan hasil kebunnya. Hal ini dibuktikan karena banyaknya hasil kebun yang dijual di pasar Astambul. Konon beberapa ratus tahun lalu Astambul dan sekitarnya merupakan daerah rawa seperti halnya di Banjarmasin. Konon beberapa ratus tahun lalu Pulau kalimantan ini telah berkuasa seorang Raja yang kita kenal dengan Raja Banjar.
Suatu Hari Raja ingin berkunjung ke sebuah daerah di utara dari kota Kerajaan. Raja ingin sekali melihat keadaan penduduknya. Daerah ini terkenal dengan kesuburan tanahnya Penduduknya banyak bercocok tanam dan berkebun. Selain itu di daerah itu hasil perikanan dan peternakan cukup banyak juga.
Berangkatlah raja mulai istananya. Keberangkatan raja tidak banyak diketahui orang karena raja tidak ingin rakyatnya menyambut dengan berlebih-lebihan. Diperjalan raja sangat memperhatikan keadaan rakyatnya. Satu persatu kegiatan rakyat dipantau. Menjelang matahari di atas ufuk rajapun ingin beristirahat. Perjalana raja sudah memakan waktu yang lama. Rombongan perahu raja sudah berda di persimpangan sungai riam kanan dan riam kiwa.
Setelah kira-kira lima belas menit memasuki sungai riam kiwa banyak sekali pohon yang rindang di tepi sungai . Pohon itu antara lain pohon bungur, kesturi, benua dan pohon lainya yang berfungsi sebagai tempat berteduh untuk mencari ikan dan mencegah longsornya tanah. Persis dipersimpangan dua sungai riam kiwa rajapun memerintahkan pengawal untuk berhenti.
Tempat ini memang strategis sekali. Kalau kita menyusuri sungai ini ke hulu maka masih banyak lagi perkampungan yang ada tetapi jika kita belok ke kiri sungai maka kita akan kembali lagi ke sungai Martapura yang juga banyak perkampungan penduduk. Tempat raja istirahat ini memang masih sedikit penduduknya. Nama kampungnya pun belum ada.
Raja sedikit merapikan pakaiannya. Seorang raja tentunya berpakaian yang berbeda dengan lainnya. Ciri khas seorang raja tentunya dia punya senjata pusakanya. Raja Banjar memakai sebilah keris dipinggangnya karena raja Banjar masih ada keturunanan raja Jawa. Pada saat melangkah keluar perahu dan raja sedikit menunduk rupanya keris yang ada dipinggangnya jatuh kesungai dengan spontan raja berkata” As timbul” “Ada apa Paduka ?” tanya pengawal. “ Itu, Kerisku timbul, ayo tangkap nanti larut ke hilir sungai “ Memang keris itu timbul dan sedikit larut ke hilir namun dengan sigap pengawal mengambil kembali keris itu. “ Wah hebat sekali keris ini, di sungai ia tidak tenggelam padahal keris itu terbuat dari besi dan kumpangnya penuh dengan batu-batu mulia” Pikir pengawal dalam hati. “ Ini Paduka kerisnya.” Pengawal sambil menyerahkan keris itu kepada raja. Setelah raja menerima kembali keris pusakanya Rajapun berkata ” Hei semua yang ada di sini. Karena keris saya tidak tenggelam di sungai dan ternyata ia timbul maka saat ini kampung ini saya beri nama ASTAMBUL.” Demikian titah raja pada yang hadir waktu itu dan sejak itulah nama desa itu dinamai Desa Astambul.

http://agus767.wordpress.com/2009/02/24/asal-muasal-nama-desa-astambul/ (17-05-2014 10:39 WITA)
[FOTO: http://id.wikipedia.org/wiki/Astambul,_Banjar -> http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/9/95/Kantor_Kecamatan_Astambul%2C_Banjar.jpg/147px-Kantor_Kecamatan_Astambul%2C_Banjar.jpg]

Comments

Popular posts from this blog

Figur K.H. Asmuni (Guru Danau) Amuntai

Makam Para Ulama Aulia Habaib Kab. Hulu Sungai Selatan

Manaqib KH. Anang Sya'rani Arif Al-Banjari